Minggu, 07 Mei 2017

Kehidupan Pelukis Jalanan di Kota Hujan





Beberapa hari yang lalu, gue sempat ngobrol sama salah seorang pelukis jalanan yang ada di sekitaran pintu gerbang masuk Kebun Raya Bogor. Namanya Ricky. Ia sudah menjadi pelukis jalanan sejak tahun 1998. Ia bercerita bahwa sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, ia sudah bisa menggambar mangkok bakso. Dibandingkan harus belajar alfabet dan angka, ia lebih suka membuat ilustrasi. Meskipun bukan berasal dari keluarga pelukis, tetapi hal itu tak membuatnya patah semangat. Ia terus mengasah bakatnya.

Oiya, meskipun hanya sebagai pelukis jalanan tetapi mereka juga sering ikut pameran loh. Contohnya Ricky, ia sudah mengikuti lebih dari 20 kali pameran. Meskipun dari 20 kali tersebut, hanya tiga kali di mana lukisannya terjual. Tapi, keren loh. Gue aja sampai kaget pas denger Beliau udah ikut pameran sebanyak itu.

Ia juga bercerita alasan mengapa ia enggan kembali untuk mengikuti pameran. Alasannya dari segi biaya pameran yang mungkin bisa dikatakan mahal dan juga kurang apresiasinya masyarakat dan pemerintah. Dulu sewaktu ia mengikuti pameran, harga per-panel sudah mencapai 400 ribu hanya untuk satu lukisan saja. Bila kita bandingkan dengan sekarang, mungkin harga per-panel akan jauh lebih mahal. Selain itu, masyarakatpun dinilai kurang apresiatif terhadap lukisan. Begitupun dengan pemerintah. Ia sangat menyayangkan sikap pemerintah yang seolah tidak mendukung para pelukis jalanan.

Melihat keadaan tersebut, saat ini para pelukis jalanan di Kota Bogor semakin berkurang jumlahnya. Kurangnya dukungan, itulah yang menjadi salah satu penyebabnya. Ketika ada tamu penting dari Jakarta, mereka mau nggak mau harus mensterilkan tempat tersebut. Berbagai cara sudah mereka lakukan, salah satunya adalah dengan meminta izin untuk berjualan di mal. Kembali harus menelan kekecewaan, itulah yang mereka rasakan. Tak ada respon dari pihak sana, begitu ujarnya.

Entah bagaimana nasib para pelukis jalanan ke depannya. Mereka hanya berharap, pemerintah kembali memberikan dukungan kepada para pelukis jalanan. Memberikan ruang untuk para pelukis sehingga para pelukis yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari ini, bisa tetap terus bertahan hidup. Oiya, gue juga sempat foto beberapa karya yang udah dilukis sama Ricky. Diantaranya ada lukisan dengan wajah Andy F. Noya, Sandra Dewi, Jojon, dan lain-lain. Nggak hanya menggambar figure, tetapi ia juga melukis pemandangan juga loh. Sayang, gue nggak sempat lihat karya-karyanya yang lain. Nah, untuk setiap lukisan dibandrol dengan harga 300 ribu. Jika hanya berupa sketsa, yaitu 250 ribu per-wajah. Tertarik mencoba? Yuk, kapan-kapan bawa oleh-oleh lukisan kalau piknik ke Kebun Raya!

Kehidupan Pelukis Jalanan di Kota Hujan

Beberapa hari yang lalu, gue sempat ngobrol sama salah seorang pelukis jalanan yang ada di sekitaran pintu gerbang masuk Kebun Raya...